Minggu, 28 September 2014

Ayo Belajar Membuat Batik di Museum Tekstil Jakarta

Jika pada bulan Juli 2013 ini anak-anak Anda berkesempatan mengunjungi Museum Tekstil Jakarta, maka mata mereka akan dimanjakan dengan berbagai koleksi wastra pengaruh Islam. Pameran wastra pengaruh Islam di museum ini disesuaikan dengan datangnya Ibadah Puasa Ramadhan 1434 H bagi umat Muslim. Batik betawi online

Apakah wastra itu? Wastra merupakan sebuah kata serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta, Wastra artinya adalah sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Nah, salah satu jenis wastra adalah batik.


Setiap bulannya, Museum tekstil ini mempunyai tema yang berganti-ganti, disesuaikan dengan agenda hari-hari besar nasional atau moment-moment penting lainnya. Misalnya sepanjang bulan Juni 2013 yang lalu, di museum ini di pamerkan berbagai wastra/kain khas Betawi, mengingat pada bulan tersebut ibukota DKI Jakarta sedang merayakan hari ulang tahunnya yang ke-486. Sedangkan agenda bulan September 2013, di Museum tekstil Jakarta akan berlangsung Pameran Kain Toraja (Preserving Sulawesi’s Fragile Textile Traditional). Untuk Oktober ada dua agenda, yaitu Pameran Batik Surakarta dan Festival Tekstil Indonesia (Retrospeksi Judi Acjadi).


Bagaimana? Berminat untuk datang ke Museum Tekstil Jakarta? Jika tertarik mengunjungi museum yang dibangun pada abad ke-19 ini, jangan lupa membawa anak-anak.

Di museum ini anak-anak dapat ikut serta melibatkan dirinya dalam rangka mengemban misi melestarikan budaya tekstil tradisional Indonesia. Dengan demikian anak-anak kita dapat menjadi agen perubahan bagi lestarinya warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Salah satu warisan budaya bangsa yang perlu dilestarikan adalah batik.

Batik Indonesia secara resmi telah diakui oleh UNESCO dengan dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Kalau anak-anak sebagai generasi muda penerus bangsa tak mencintai batik, maka punahlah warisan budaya nenek moyang kita ini.

Untuk mewariskan tradisi leluhur dalam membuat batik, di Museum Tekstil Jakarta ini anak-anak diajarkan cara membuat batik. Anak-anak dapat mempraktekkannya secara langsung mulai dari menggambar pola-pola atau motif batik, menggunakan canting dan cairan lilin malam untuk menulis corak batik di atas sehelai kain, dan sentuhan terakhir dengan memberi pewarna alami pada kain batik.

Biaya untuk belajar membuat batik ini relatife murah, yaitu Rp40.000 per anak. Sedangkan tiket perorangannya sangat murah yaitu Rp.600 untuk anak-anak, Rp1000 untuk mahasiswa, dan Rp.2000 bagi pengunjung dewasa. Museum dibuka setiap hari, kecuali hari Senin dan hari libur nasional. Buka mulai jam 09.00 WIB hingga 15.00 WIB.  

Dengan adanya kegiatan membatik di Museum Tekstil Jakarta ini, dijamin anak-anak akan tertarik luar biasa sehingga pada kesempatan yang lain anak-anak akan merindukan datang kembali ke tempat ini untuk belajar membatik lagi.

Selain belajar membuat batik, anak-anak juga diajarkan tentang cara membuat pewarna alami dari berbagai jenis tanaman yang tumbuh di tanah air. Sebagian besar tanaman untuk pewarna alami ini telah ditanam di sebuah taman di belakang gedung utama Museum Tekstil Jakarta . Taman pewarna alam ini luasnya 2000 meter persegi. Taman ini dimaksudkan untuk melestarikan dan sekaligus memperkenalkan pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alami.

Misalnya kulit kayu tanaman mangga bunga merah (latin Mangiteras) untuk pewarna hijau. Kemudian kulit kayu Jalawe, kulit kayu Mahoni, kayu Secang sertaTegeran, dan lain-lain.

Kain batik yang memakai zat warna alami memiliki harga yang sangat mahal karena mempunyai nilai seni dari warna khas yang dihasilkannya.Selain itu pewarna alami lebih ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.
Dengan belajar membuat batik tulis, anak-anak kami jadi lebih mengetahui bahwa batik memang mahal harganya dan itu pantas. Karena membuat batik tulis selain memakan waktu yang lama sampai berbulan-bulan, juga harus cermat dan teliti.

Menariknya, di pendopo tempat anak-anak saya belajar membatik, ternyata banyak juga wisatawan asing yang tertarik belajar membatik. Saat kami datang, ada sekelompok wisatawan dari Jepang dan Korea yang belajar membatik. Melihat pemandangan seperti ini, bertambah semangatlah anak-anak saya saat belajar membatik.

Orang asing saja mau datang jauh-jauh ke Indonesia hanya khusus untuk mempelajari pembuatan batik. Nah, kalau anak-anak Indonesia yang berada di negerinya sendiri tidak mau belajar membatik, apa kata dunia?!

Oya, Museum Tekstil Jakarta alamatnya di Jalan Aipda KS Tubun No 2 – 4 Jakarta Pusat. Patokannya dekat Pasar/terminal Tanah Abang.

Selamat menyambut hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2013. Anak-anak adalah agen perubahan. Mari, berikan kesempatan kepada anak-anak untuk merubah dunia agar lebih baik.